Breaking

Rabu, 17 Mei 2017

Yang Tersisa Dari Reuni 25 Tahun dan Panjangnya Perjalanan Hidup

Cukupkah sehari untuk menyadap pengalaman hidup selama seperempat abad? Cukupkah sehari untuk berbagi kisah hidup yang telah dijalani selama 25 tahun? Waktu kembali menjadi bahan perdebatan akan sesuatu hal yang berkaitan dengan kehidupan. Kehidupan tiap - tiap manusia dalam menjalani peran dan porsinya masing - masing.


Menghadiri acara reuni 25 tahun SMA bertajuk Pesta Perak 'Back to Class of 91' adalah satu momentum dari segelintir life event terpenting dalam hidup sebagai manusia. Bukan sekedar pesta poranya, karena reuni ini dikonsep sejak awal memiliki tujuan untuk memberi dan berbagi. Baik kepada sekolah, tempat dimana selama 3 tahun dalam hidup mereka, mereka menjalani tugas belajar dan mempelajari kehidupan. Lalu sedikit tali asih kepada para guru dalam bentuk sumbangan yang tak akan pernah sepadan dengan jasa - jasa mereka memberikan ilmu dan pengajaran, juga kepada adik - adik yang saat ini masih menjalani pendidikan dalam bentuk 'berbagi pengalaman' setelah pendidikan bangku SMA diselesaikan. Bukan sekedar bernostalgia mengenang masa muda nan jaya, karena yang muncul adalah solidaritas, persaudaraan, saling memberi dan berbagi inspirasi saling memotivasi, dalam kisah - kisah nostalgia perjalanan hidup selepas berpisah selama 25 tahun lamanya di antara para peserta reuni. Perjalanan menempuh alur yang telah ditetapkanNya.

25 tahun perjalanan hidup ...
Merangkumnya? Tak akan ada penulis dan editor yang mampu merangkainya dalam kata - kata. Menggambarkannya? Tak akan ada ilustrator yang sanggup melukiskan walau dalam ribuan sketsa. Namun menarik kesimpulan dan memknai arti sebuah pertemuan kembali dalam reuni, setiap orang sepatutnya bisa.

25 tahun yang sudah berlalu, hanyalah sebagian dari hidup yang tengah dijalani dan mungkin masih ada masa - masa selanjutnya di kemudian hari nanti. 25 tahun yang telah dijalani hanyalah bagian kecil dari untaian saling mengkait sejarah kehidupan manusia dari masa ke masa dengan berbagai macam warna - warni yang menghiasinya.

Hidup tak pernah memberikan kepastian kepada siapapun. Hidup hanya membuka pintu - pintu dengan selebar - lebarnya bagi setiap orang menentukan sendiri jalannya masing - masing. Hidup pun hanya akan memberi kejutan - kejutan di sepanjang lorong yang dilalui, juga menyediakan pintu - pintu lain bisa dipilih . Kejutan - kejutan itu tak akan pernah bisa diduga, direncanakan, diprediksi bahkan diperhitungkan dengan segenap nalar pikiran, kapan dan dalam bentuk apa kemunculannya.


25 tahun kehidupan, ada yang sudah tiada, diundangpun tak akan datang, dipanggilpun tak akan menyahut dan dicaripun tak akan ketemu. Karena mereka sudah kembali ke asal mula semua manusia, Sang Penciptanya. Teman - teman yang sudah damai di alam sana, menunggu kehadiran kita semua selanjutnya. Ada yang kepayahan, menanggung beban penyakit yang telah menyerang, menggerogoti dan mengambil separuh kekuatan raga dan pikirannya, walau masih beruntung bisa menikmati hidup dan berkesempatan bertemu kembali dengan teman - teman lamanya. Ada yang sedang berada di puncak karirnya dan memiliki banyak hal yang sebelumnya tak dipunya. Namun ada juga yang sedang berada di titik terendah yang dirasakan pernah menghampiri hidupnya.

Dalam setiap reuni, ada satu kesamaan setidaknya yang tersirat dari kerut keriput dan uban di rambut. Bahwa hidup masih bisa dinikmati dan harus dinikmati apapun dan bagaimanapun HIDUP membawa setiap diri sejak 25 tahun lalu hingga kini. Nikmat atas segala nikmat yang telah diberi, yaitu hidup itu sendiri.

Setelah reuni sehari itu telah berakhir, semua kembali kepada dunianya masing - masing. Semakin terasalah bahwa apa yang diberikan oleh-Nya adalah yang terbaik bagi tiap - tiap diri. Rumah, keluarga, pekerjaan, orang - orang terdekat, mereka inilah yang menjadi bukti bahwa hidup pun telah memberi bukti dan hidup tak pernah salah dalam memberi. Jika ada yang dirasakan salah, maka manusia yang tak ikhlas dalam menjalani hidupnyalah yang menjadikan hidup terasa salah. Karena khayalan manusia kadang melebihi kenyataan dan kenyataan tak sesuai dengan harapan. Hingga kenyataan menjadi tak tertahankan.


Seperti syair lagu "Hanya Angan" dari Emerald Band di tahun 90-an yang digubah sedikit, lalu dinyanyikan bersama di malam keakraban Reuni SMA unggulan di Yogyakarta beberapa waktu lalu, terdengar:

"Itu semua hanyalah, khayalku bersamamu, dalam s'gala rasa membara, ku tak kuasa menahan, semua."


Angan, khayal, mimpi, di masa muda, kadang memang tak tertahankan. Namun cita - cita yang dipedomani niat, keyakinan dan usaha keras pantang menyerahlah yang bisa diwujudkan.

(In memorium Ricky Jo from Emerald Band dan semua teman - teman Padmanaba 46 yang telah mendahului)


Sumber : https://www.vemale.com/inspiring/lentera/97768-yang-tersisa-dari-reuni-25-tahun-dan-panjangnya-perjalanan-hidup.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar