Breaking

Jumat, 05 Mei 2017

Lemahnya Tubuh Digerogoti Kanker Tak Memupuskan Semangatku

Dia dikenal sebagai perempuan kuat, berhati baja, jika mengingat dia membesarkan anak laki-laki tunggalnya sendirian dari kecil. Semenjak perceraiannya dengan mantan suaminya, sekitar 20 tahun yang lalu, banyak perubahan hidup yang terjadi. Kini, anak tunggalnya telah berubah menjadi laki-laki dewasa, sudah bekerja. Mungkin sebentar lagi akan segera menikah dan memberinya cucu. Tapi sayangnya dia tak akan melihat dua kesempatan itu lagi. Karena dia telah tiada.


Saya dan anak-anak memanggilnya ‘mbok dhe’ atau ‘budhe’ Anna karena usianya memang lebih tua beberapa tahun di atas saya. Selain itu, gayanya yang ramah sangat mudah untuk membuat setiap orang menjadi akrab dan dekat, apalagi anak-anak. Mungkin karena pengalaman hidupnya mengajarkan untuk memperbanyak teman dan sahabat karena ‘kesendirian’nya sebagai seorang janda yang harus membesarkan anaknya. Sebuah perjuangan yang tidak mudah, jika mengingat bahwa dia pun bertahun-tahun mengidap penyakit kanker mematikan yang menggerogoti tubuhnya.

“Aku bersyukur sudah mampu melewati masa-masa itu dan lepas dari penyakitku. You can call me a Cancer Survivor,” katanya sambil tertawa renyah di saat pertemuan kami pada pertengahan tahun lalu. Lalu setelah itu kami mendengar kabar dia melancong ke berbagai negara karena prestasinya dalam menjual dan memasarkan produk peralatan kesehatan. Kami merasa, memang sudah selayaknya dia mendapatkan bonus pesiar itu atas kerja kerasnya dalam bekerja sekaligus hadiah atas perjuangannya sebagai seorang perempuan dan ibu tunggal. Tidak semua orang bisa melakukan itu dengan baik, sebaik dia telah melakukannya.

“Aku memang kemana-mana harus bawa makananku sendiri. Makanan sehat yang tak memicu kembalinya kanker dalam tubuhku,” katanya sambil membuka food container dari plastik yang berisi sayur-mayur yang entah direbus atau dikukus tanpa tambahan penyedap atau perasa lainnya. Ternyata dia pun masih berjuang menjaga diri dari kemungkinan kanker menyerang lagi walau dia sudah dinyatakan sebagai seorang cancer survivor.

Setelah itu lama kami tak mendengar beritanya. Tapi setidaknya kami tahu dia menikmati pencapaian-pencapaian hidup dan pekerjaannya. Sampai akhirnya, di akhir tahun lalu, kami mendengar dia sakit kembali. Ternyata kanker mendatanginya lagi. Perjuangan kembali harus dilakukannya menghadapi kanker yang dulu pernah dikalahkannya. Namun ternyata kali ini dia tak kuasa menghadapi serangan kanker yang datang lagi setelah sekian tahun ‘hilang’. Raganya pun menyerah kalah beberapa hari yang lalu setelah serangkaian upaya untuk melawan kanker yang datang lagi kepadanya tidak menemui keberhasilan.

Berita yang mengagetkan banyak pihak, terutama keluarga dan sahabat yang selama ini mengenalnya sebagai perempuan kuat, berhati baja. Budhe Anna pun pergi untuk selamanya. Namun karya perjuangannya sebagai seorang perempuan, ibu dan orang tua tunggal akan selalu dikenang dan menginspirasi semua yang mengenalnya. ‘Mbok dhe’ atau Budhe Anna yang selalu ramah, ceria dan menyemangati siapa pun temannya untuk menikmati hidup. Bagi kami, walaupun kesedihan harus kami rasakan karena kepergiannya, namun cintanya kepada sesama meninggalkan arti mendalam yang tak akan dilupakan selamanya.

“Death leaves a heartache no one can heal, love leaves a memory nothing can steal.” 

Mungkin kanker yang diidap Budhe Anna tak pernah benar-benar sembuh. Kanker pun telah membawanya berpulang untuk selama-lamanya. Namun kanker takkan menghapus jejak-jejak cinta Budhe Anna yang selalu disebarkannya kepada saudara, teman dan sahabat-sahabatnya sepanjang perjuangan hidupnya.


Sumber : https://www.vemale.com/inspiring/lentera/102038-lemahnya-tubuh-digerogoti-kanker-tak-memupuskan-semangatku.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar