Breaking

Senin, 03 April 2017

Waspada, Diabetes yang Tidak Terkontrol Sebabkan Demensia. Ini Alasannya

Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai oleh ketidakseimbangan kadar gula darah. Gula darah yang begitu tinggi dapat memengaruhi berbagai kerja organ penting, bahkan termasuk otak. Sebagai organ yang sangat bergantung dengan aliran darah, komplikasi diabetes yang tidak terkontrol dapat merusak otak dan menimbulkan penurunan ketajaman otak. Kok bisa?

Waspada, Diabetes yang Tidak Terkontrol Sebabkan Demensia. Ini Alasannya


Diabetes menyebabkan Anda sulit berpikir jernih dan cepat pikun

Gangguan kogntif ringan dan demensia merupakan dua dari sekian banyak dampak diabetes pada kesehatan otak. Gangguan kognitif didefinisikan sebagai penurunan kemampuan otak untuk berpikir jernih — memproses, mengingat, dan menyimpan informasi. Satu studi melaporkan adanya perbedaan tajan dari kemampuan kognitif antara penderita diabetes dengan orang yang sehat. Penderita diabetes memiliki peluang hingga 90% lebih tinggi untuk mengalami penurunan kemampuan kognitif.

Pada umumnya gangguan kognitif ringan tidak mengganggu aktivitas seseorang. Namun ini merupakan fase transisi awal terhadap penyakit demensia.Demensia dianggap sebagai gangguan kognitif yang menyebabkan kerusakan otak serius, di mana otak sudah benar-benar kehilangan kemampuan untuk memproses informasi. Demensia membuat penderitanya mengalami kesulitan untuk berbicara dan mengalami gangguan perilaku.

Diabetisi yang berisiko mengalami demensia pada awalnya menunjukkan gejala penurunan kemampuan kognitif ringan. Namun ini bahkan bisa dimulai selama periode pradiabetes, di mana seseorang cenderung mengalami hiperglikemia. Faktor lain sepeti hipertensi hiperkolesterolemia, obesitas, dan perilaku merokok pada penderita diabetes juga dapat mempercepat terjadinya demensia. Dalam suatu studi ditunjukan bahwa lansia memiliki peluang hingga 70% lebih tinggi untuk mengalami demensia jika ia menderita diabetes.

Bagaimana komplikasi diabetes dapat memengaruhi fungsi otak?

Normalnya, otak memerlukan aliran darah yang optimal. Tapi pada diabetisi, aliran darah ke seluruh tubuh dan otak cenderung tidak stabil. Studi yang dikutip dari Medical News Today, menunjukan setelah pengamatan selama dua tahun penderita diabetes mengalami penurunan volume aliran darah menuju otak. Volume aliran darah yang tidak stabil juga diikuti penurunan kemampuan kognitif pada penderita diabetes.

Peneliti utama dari studi tersebut, Dr. Vera Novak, menjelaskan bahwa kerusakan otak sangat erat hubungannya dengan komplikasi diabetes dan kadar gula darah yang terlalu tinggi. Dan tidak hanya aliran darah tidak stabil, kerusakan juga terjadi di saraf otak yang terbukti dipicu oleh diabetes. Studi oleh Dr. Novak juga menunjukan adanya peradangan pada otak berdasarkan hasil pemindaian MRI.

Pada studi lain, hasil MRI pada otak penderita diabetes menunjukan adanya penyusutan jaringan (atrofi) saraf otak. Penderita diabetes diketahui memiliki penurunan volume hipokampus, suatu bagian otak yang berperan dalam proses mengingat dan navigasi (petunjuk posisi dan arah). Penyusutan juga terjadi  pada materi putih dan abu-abu dalam otak yang berperan menghantarkan sinyal listrik dan memproses informasi. Meski hal ini dapat terjadi karena penuaan alami, namun komplikasi diabetes yang tidak terkontrol dapat mempercepat proses ini hingga tiga kali lebih cepat.

Diabetes tipe-1 juga dapat memicu gangguan kognitif

Diabetes tipe 2 berhubungan erat dengan gangguan kognitif yang berkaitan dengan ketajaman proses berpikir dan daya ingat. Hal ini cenderung wajar karena jenis diabetes ini lebih banyak diderita oleh orang dewasa dan lansia, terutama jika gejala kenaikan gula darah abnormal muncul saat usia dewasa, Risiko perkembangan gangguan kognitif hingga berubah menjadi demensia juga akan semakin tinggi ketika penderita diabetes sudah menggunakan terapi insulin dan mengalami komplikasi diabetes saat usia dewasa.

Namun mekanisme gangguan kognitif akibat komplikasi diabetes tipe 1 ternyata sedikit berbeda. Diabetes tipe 1 muncul saat usia remaja bahkan anak-anak. Menderita diabetes saat masa pertumbuhan dapat mengganggu perkembangan  proses berpikir, persepsi visual, kemampuan psikomotorik, dan konsentrasi. Penurunan kemampuan kognitif tersebut dapat muncul sekitar dua tahun setelah terdiagnosis diabetes tipe 1. Meski demikian, penderita diabetes tipe-1 cenderung tetap memiliki kemampuan mengingat yang baik walau mereka mengalami hiperglikemia dalam waktu yang lebih lama.

Semakin muda usia penderita saat gejala diabetes tipe 1 muncul, maka semakin besar risiko mereka untuk mengalami gangguan kognitif. Seorang anak yang sudah mengalami gejala diabetes tipe 1 saat berusia di bawah tujuh tahun berisiko mengalami gangguan kognitif yang lebih serius.

sumber : https://hellosehat.com/komplikasi-diabetes-sebabkan-demensia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar