Breaking

Kamis, 30 Maret 2017

Piton Menyebar di Sulawesi dan Sekitar, Seperempat Penduduk Suku Ini Pernah Diserang Piton

Kasus kematian Akbar bin Ramli yang tewas dimakan ular piton mengagetkan dunia.

Sebab, selama ini memang jarang ular piton memakan manusia, apalagi manusia dewasa.

Beberapa ahli melihat ini sebagai kelangkaan yang luar biasa.

Sebab, pada umumnya ular, terutama piton, menghindari manusia.

Selain itu, menurut petugas riset dan konservasi Wildlife Reserves Singapore, Mary-Ruth Low, manusia dewasa sulit ditelan karena membutuhkan usaha besar.


Salah satu yang menyulitkan adalah tulang bahu manusia dewasa yang sulit diremukkan, sehingga rahang ular butuh memelar lebih lebar.

Meski begitu, bukan berarti ular tidak doyan manusia. Dalam kondisi tertentu apalagi mendesak, piton besar bisa menelan manusia dewasa, bahkan seekor sapi pun bisa ditelan.

Akbar (25), petani kelapa sawit di Desa Salubiro, Kecamatan Korossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat, tewas dimangsa ular piton atau sanca kembang atau sanca batik pada Senin (27/3/2017).

Sulawesi memang salah satu sarang ular piton yang bisa besar dan berumur puluhan tahun.

Sehingga, mungkin banyak kasus ular piton yang menyerang atau mengganggu manusia di Sulawesi.

Hanya saja, selama ini kurang saksi atau catatan yang baik.

Keterangan paman Akbar, Adhan Andi Tajuddin (45) ikut menjelaskannya.

Menurut Adhan, ular piton raksasa kerap ditemukan di kawasan tersebut sejak masa lampau.

“Di sini memang banyak, pernah juga sebelumnya kita bunuh saat melakukan pembukaan lahan sawit,” kata Adhan.

Pada tahun 1980-an, warga setempat juga menemukan ular piton raksasa yang sulit bergerak karena tubuh sudah superberat.

“Pernah juga dulu orang tua sekitar tahun 1983, waktu pertama buka lahan perkebunan saat itu masih kebun coklat, belum ada sawit, ditemukan, saking besarnya tidak bisa goyang dan sudah dikelilingi rumput,” ujar Adhan.

Ambo Anang dan Ba’du Aman yang menemukan ular raksasa tersebut. Ambo dan Ba’du sudah wafat.

“Saat itu, keduanya hendak meruncingkan kayu dan (tidak sadar) menjadikan (menginjak) ular itu sebagai landasan, barulah diketahui yang diinjak adalah ular, saat keluar darah karena luka,” kata Adhan berkisah.

Bahwa Sulawesi banyak ular piton bukan hal yang mengagetkan, karena memang tempat habitatnya.

Bahkan, habitat ular piton juga menyebar ke daerah tetangganya, terutama di pulau Luzon, Filipina.

Di pula yang didiami suku Agta ini juga banyak ular piton dan punya sejarah memakan manusia.

Antropolog yang puluhan tahun meneliti Agta, Thomas Headland, mengungkap fakta mengejutkan.

Menurutnya, seperempat dari suku Agta pernah diserang piton.

Suku Agta atau Aeta di Pulau Luzon, dekat Pulau Sulawesi.
Menurutnya, penduduk Agta rata-rata sangat kecil, termasuk yang dewasa.

Sehingga, ini memudahkan buat ular piton untuk memangsanya, apalagi mereka berkoloni di hutan.

Meski begitu, pada zaman modern ini semakin jarang ular menyerang manusia apalagi memakannya.

Biasanya, piton menyerang lebih karena naluri bertahan atau membela diri. (*)

sumber : http://postshare.co.id/archives/76747

Tidak ada komentar:

Posting Komentar